Selasa, 22 November 2011

Manajemen Keuangan Perusahaan

A. Break Event Point (BEP)
1.    Pengertian 
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi.  
Analisis Break Event adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain sama dengan nol). (Mulyadi,2001:230)
2. Manfaat
Analisis Break even point dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran dan tujuan perusahaan. Manfaat lainnya antara lain :
- Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai tujuan tertentu. Jadi sebagai alat perencanaan laba.
- Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual yaitu setelah diketahui hasil perhitungannya menurut analisis Break Even dan laba yang ditargetkan.
- Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan oleh seorang manager.
3. Asumsi-Asumsi Dalam BEP 
- Bahwa biaya-biaya yang terjadi didalam  perusahaan yang bersangkutan (yang dihitung Break Even-nya) dapat diidentifikasikan sebagai biaya variable, atau sebagai biaya tetap. Biaya-biaya yang meragukan apakah sebagai biaya variable ataukah sebagai biaya tetap harus tegas tegas dimasukan kedalam variable atau tetap. Biaya semi variable dimasukan ke dalam biaya variable, biaya semi tetap dimasukan ke dalam biaya tetap.
- Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya tetap itu akan tetap konstan, tidak mengalami perubahan meskipun volume produksi atau volume kegiatan berubah.
- Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya variabel itu akan tetap sama jika dihitung biaya per unit produknya, berapapun kuantitas unit yang diproduksikan. Jika kegiatan produksi berubah, biaya variabel itu berubah proposional dalam jumlah seluruhnya, sehingga biaya per unitnya akan sama.
- Bahwa harga jual per unit akan tetap saja, berapapun banyak unit produk yang dijual. Harga jual per unit tidak akan turun meskipun pembeli membeli banyak. Juga sebaliknya harga jual per unit tidak akan naik, meskipun langganan pembeli hanya sedikit. Sedikit ataupun banyak yang dibeli, harga per unit tidak akan mengalami perubahan.
- Bahwa ada sinkronisasi di dalam perusahaan yang bersangkutan menjual atau memproduksi hanya satu jenis barang. Jika ternyata lebih dari satu jenis produk, maka produk tersebut harus dianggap satu jenis produk dengan kombinasi yang selalu tetap.
4. Pengertian dan Penggolongan Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.(Mulyadi, 2009;8)
Biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan  untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang. ( Darsoni Prawironegoro&Ari Purwanti, 2008;49)
Biaya Tetap, Adalah biaya yang selama satu periode kerja adalah tetap jumlahnya, dan tidak mengalami perubahan.
Biaya Variabel, Adalah biaya yang naik turun bersama-sama dengan volume kegiatan.
5. Menghitung BEP
BEP dapat dihitung apabila diketahui :
a.    Jumlah total biaya tetap
b.    Biaya variabel per unit atau total
c.    Hasil penjualan total atau harga jual per unit
Analisis BEP dirumuskan sebagai berikut :
                     atau
             
    


Dimana :
FC = Total biaya tetap
VC = Biaya Variabel
P = Harga per unit
S = Total Penjualan

B.       Rasio Keuangan Perusahaan
Rasio-rasio keuangan digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja suatu perusahaan. Masing-masing jenis rasio yang digunakan akan memberikan arti tertentu tentang posisi keuangan perusahaan.
Berikut macam-macam rasio keuangan perusahaan :
Rasio Likuiditas
Rasio Solvabilitas (Leverage)
Rasio Aktivitas
Rasio Profitabilitas
Rasio Pertumbuhan
Rasio Penilaian
a.    Rasio Likuiditas
Adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendeknya. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka perusahaan akan mampu untuk membayar utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan adalah :
- Current ratio
- Quick ratio
- Cash ratio
Current Ratio adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Adapun aktiva lancar perusahaan seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan.
 
Quick Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.
 
Cash Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di Bank.
 
     
b. Rasio Solvabilitas (Leverage)
Rasio ini disebut juga Ratio leverage, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Adapun Rasio yang tergabung dalam Rasio Leverage adalah :
Debt to Assets Ratio (Debt Ratio), adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva perusahaan.


Debt to Equity Ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas (modal) atau dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang.
           
 
c. Rasio Profitabilitas atau sering disebut dengan rasio rentabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Yang termasuk dalam ratio ini adalah :
- Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor), merupakan perbandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan dengan tingkat penjualan. Rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.


- Net Profit Margin (Margin Laba Bersih), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan
 


- Return on Investment/ROI (Pengembalian atas Investasi), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan.
      
- Return on Equity/ROE (Pengembalian atas Modal), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar